Kamis, 31 Maret 2016

chusing's syndrome



Chusing's Syndrome
BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG MASALAH
Dalam masyarakat seringkali ditemukan gejala penyakit yang hampir sama antara penyakit satu dengan penyakit yang lain. Seorang dokter harus jeli dalam menganalisis gejala dan tanda yang ada dan pemeriksaan fisik. Dari situ saja belum bias ditegakkan diagnosa pasti, tapi harus dilakukan ters-test penunjang. Setelah ditetapkan suatu penyakit, harus mengetahui penyakit dengan klasifikasi yang mana, jika memang penyakit itu memiliki klasifikasi penyebabnya.
Seperti halnya dengan Cushing’s Syndrome. Penyakit ini berkaitan dengan hormon. Padahal regulasi hormon dalam tubuh selalu berkaitan dengan hormon-hormon lain, termasuk hormon yang menstimulasinya. Kesalahan pada hormon tentu sangat berkaitan dengan organ penghasilnya. Kelainan pada organ tersebut bisa menimbulkan hiperfungsi, hipofungsi, ataupun kedua-duanya sehingga berdampak pada gejala yang ditimbulkan.

Skenario
Seorang wanita umur 32 tahun, dirawat di ruang rawat inap penyakit dalam rumah sakit Dr Moewardi Surakarta dengan keluan sering pusing.
Riwayat penyakit sekarang : 
5 bulan yang lalu penderita merasakan bahwa pusing kumat-kumatan, badannya kelihatan makin membesar dan lemah. 1 bulan sebelum masuk rumah sakit pusingnya bertambah berat dan badan semakin melemah dan diperiksakan ke dokter dikatakan gejala Cushing’s syndrome
Riwayat penyakit dahulu;
Penderita sudah tidak menstruasi sejak 4 bulan (amenorhoe) dan tidak hamil
Pemeriksaan fisik :
Keadaan umum lemah, gizi obeis, kesadaran compos mentis. Tekanan darah Hipotensi (90 / 60 mm Hg). Muka moon face,  tumbuh rambut banyak di dada, striae di abdomen dan kulit seluruh badan hiperpigmentasi.
Pemeriksaan penunjang :
Kadar natrium serum 130 mg/dl, kadar gula darah puasa 70 mg/dl. Two-day low-dose dexamethason test masih menunggu hasil,
Penderita telah dilakukan pemeriksaan CT scan doubel kontras kepala ditemukan tumor di hipofise.

Hipotesis
Wanita tersebut pada awalnya mengidap Cushing’s syndrome kemudian terjadi hipofungsi hipofisis.



B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa penyebab dari gejala-gejala yang dirasakan pasien?
2.      Bagaimana hubungan gejala-gejala tersebut dengan Cushing Syndrome dan tumor hipofisis?
3.      Mengapa terdapat beberapa gejala yang bertolak belakang dengan gejala umum Cushing Syndrome?
4.      Bagaimana efek dari hormon-hormon yang bekerja pada penyakit di skenario ini?
5.      Apa fungsi  tes laboratorium yang dilakukan pasien?

C.    TUJUAN
1.      Mengetahui mekanisme timbulnya gejala yang dialami pasien.
2.      Mengetahui hubungan gejala-gejala yang timbul dengan penyakit yang di derita pasien.
3.      Memahami timbulnya beberapa gejala yang bertolak belakang dengan penyakit yang diderita.
4.      Memahami regulasi hormon yang berkaitan.
5.      Mengetahui fungĂ­s tesr laboratorium yang dilakukan.
D.    MANFAAT
1.      Mahasiswa dapat menganalisis penyakit yang berkaitan dengan system endokrin.
2.     Mahasiswa dapat memberikan penatalaksanaan yang tepat dari penyakit yang didiagnosis.
 

BAB II
STUDI PUSTAKA

A.    HORMON MINERALOKORTIKOID
Dinamakan hormon mineralokortikoid karena hormon ini terutama mempengaruhi elektrolit (“mineral”)cairan ekstrasel, terutama natrium dan kalium. Hormon yang memiliki paling banyak aktivitas mineralokortikoid adalah hormon aldosteron, tetapi juga memilliki sedikit aktivitas glukokortikoid. Hormon tersebut dihasilkan di korteks adrenal zona glomerolusa. Pengeluarannya dirangsang oleh system renin angiostensin II dan sedikit pengaruh ACTH. Renin angiostensin II merupakan peribahan dari angiostensin I dimana hasil perubahan renin yang dihasilkan oleh ginjal.
Semua hormon koteks adrenal merupakan hormon steroid. Hormon mineralokortikoid memiliki peranan, yaitu meningkatkan reabsorbsi natrium dan sekresi kalium di tubulus ginjal, meningkatkan volume cairan ekstrasel dan tekanan arteri serta merangsang transpor Natrium dan Kalium di kelenjar keringat, liur, dan sel epitel usus.
(Guyton and Hall, 2007)

B.     HORMON GLUKOKORTIKOID
Hormon glukokortikoid merupakan hormon steroid yang dihasilkan oleh korteks adrena pada zona fasikulosa. Hormon ini memiliki efek yang penting dalam meningkatkan konsentrasi glukosa darah. Jenis hormon yang memiliki aktivitas glukokortikoid dan sedikit aktivitas mineralokortikoid adalah hormon kortisol. Sekresi hormon tersebut distimulasi oleh ACTH.
Peranan hormon glukokortikoid diantaranya perangsangan glukoneogenesis, penurunan pemakaian glukosa oleh sel, peningkatan konsentrasi glukosa darah, pengurangan protein sel, meningkatkan protein hati dan plasma, peningkatan asam amino darah dan hati, mobilisasi asam lemak serta mengatasi stress dan peradangan (Guyton and Hall, 2007).
C.    HORMON ANDROGEN
Hormon androgen sifat kerjanya seperti hormon kelamin pria testosterone. Hormon ini dihasilkan oleh korteks adrenal sebagian besar pada zona retikularis dan sebagian kecil pada zona fasikulosa. Hormon yang banyak mengandung aktivitas androgen adalah dehidroepiandosteron (DHEA). Sekresi hormon ini dipengaruhi oleh rangsangan ACTH. Hormon ini mempunyai efek lemah pada manusia. Normalnya, androgen memberikan efek ringan pada wanita. Androgen berperan dalam maskulinisasi.
(Guyton and Hall, 2007)

D.    HORMON ADRENOKORTIKOTROPIN (ACTH)
ACTH merupakan jenis hormon protein. Hormon ini dihasilkan di hipofisis anterior yang nantinya akan merangsang pengeluaran hormon pada sel target korteks adrenal (terutama pada zona fasikulosa dan retikularis). Sekresi dari hormon ini sendiri distimulasi oleh Cortikotropik Releasing Faktor (CRF) yang dihasilkan di hipotalamus (Guyton and Hall, 2007). Pada kasus tumor ektopik, dihasilkan suatu zat polipeptide yang secara fisiologis dan biokimiawi tidak bisa dibedakan dengan ACTH. Oleh karena itu biasa disebut dengan ACTH ektopik, yaitu pengeluaran ACTH tanpa kontrol dari aksi hipotalamus-hipofisis.

E.     CUSHING’S SYNDROME
Cushing’s syndrome merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh hiperadrenokortikocisme akibat neoplasma korteks adrenal atau adenohipofisis, atau asupan glukokortikoid berlebih. Namun, jika ada sekresi hormon sekunder akibat adeno hipofisis disebut cushing’s disease (Dorland, 2006). Hormon sekunder yang dimaksud adalah hormon ACTH yang dihasilkan akibat tumor hipofisis. Gejala dan tanda-tanda cushing’s syndrome yaitu obesitas badan, hipertensi, mudah lelah, amenorhoe, hirsutisme, striae abdomen berwarna ungu, edema, glukosuria, hiperpigmentasi, osteoporosis (menyebabkan kifosis karena berkurangnya endapan protein dalam tulang), buffalo hump, moon face (wajah bulat karena penumpukkan lemak dan berjerawat) (Piliang dan Chairul, 2007).
Cushing’s syndrome dapat diklasifikasikan berdasarkan penyebabnya, yaitu:
1.      Hiperplasia Adrenal
a.       Sekunder terhadap kelebihan produksi ACTH hipofisa
-      Disfungsi hipotalamik hipofisa
-      Mikro dan makroadenoma yang menghasilkan ACTH hipofisa
b.      Sekunder terhadap tumor nonendokrin yang menghasilkan ACTH dan CRH
2.      Hiperplasia Noduler Adrenal
3.      Neoplasia Adrenal
  1. Adenoma (tumor jinak)
  2. Karsinoma (tumor ganas)
4.      Penyebab eksogen (iotrogenik)
  1. Penggunaan glukokorikoid jangka lama
  2. Penggunaan ACTH jangka lama
Sebagai diagnosis banding penyebab-penyebab tersebut bisa digolongkan sebagai berikut:
1.      ACTH dependent
a.       Adenoma hipofisa
b.      Neoplasma nonendokrin (ACTH ektopik)
2.      ACTH independent
  1. Iatrogeneik
  2. Neoplasma adrenal
  3. Hyperplasia nodular adrenal
  4. Factitious
(Piliang dan Chairul, 2007)

 F.     TEST DEXAMETHASON
Ada 2 jenis dexamethason test, yaitu low dose dan high dose. Low dose dexamethason test dengan memberikan kadar kortisol dan 17-hidroksikortison dalam urin setelah pemberian dexamethason pada 3 – 4 x kadar yang digunakan pada terapi pengganti. Dosis ini untuk mengetahui pasien yang normal (ditandai dengan tertekannya kortisol) dan yang mengalami chusing’s syndrome. Sedangkan high dose dexamethason test diberikan dengan kadar 16 x kadar yang digunakan pada terapi pengganti. Pada dosis ini kortisol akan tertekan pada Cushing’s syndrome (kelainan pada adrenalnya), tetapi tidak untuk ACTH ektopik (Dorland, 2006)

 BAB III
PEMBAHASAN

Dalam skenario telah disebutkan riwayat penyakit sekarang atau bisa juga dikatakan wanita dalam skenario didiagnosis oleh dokter menderita Cushing’s Syndrome. Namun, ada beberapa gejala yang dialami pasien tersebut berlawanan dengan gejala-gejala yang timbul pada Cushing’s Syndrome. Oleh karena itu, analisa terhadap riwayat penyakit dahulu dan test lab harus dilakukan.
Gejala yang paling dirasakan pasien adalah sering pusing. Hal ini bisa diduga penyakit tersebut berkaitan dengan kepala, kelainan atau tumor di hipotalamus ataupun hiipofisis belum dapat dipastikan. Gejala lain yang ditimbulkan seperti badan bertambah besar tapi lemas dan amenorhoe tetapi tidak hamil, hiperpigmentasi mengarah pada suatu kelainan akibat pengaruh hormon. Dugaan awal adalah adanya tumor di kepala. Namun kelenjar apa yang berhubungan belum bisa diduga. Jika itu ada tumor di hipotalamus, akan menyebabkan hipersekresi CRF (Corticotropin Realising Faktor) sehingga ACTH pun berlebih sehingga adrenokortikoid pun meninggi. Begitu juga jika ada tumor di hipofisis, sekresi ACTH berlebih, sehingga terjadi peningkatan hormon adrenokortikoid. Walaupun pelepasan mineralokortikoid sedikit dipengaruhi oleh ACTH, bila ACTH berlebih tetap akan menimbulkan pengaruh mineralokortikoid yang bermakna. Sedangkan hormon kortisol dan aldosteron disekresikan dalam jumlah yang berlebih. Hormon kortisol yang berlebih akan menimbulkan aktivitas glukokortikoid yang berlebih pula dan efek mineralokortikoid yang cukup bermakna. Begitu juga dengan peningkatan androgen yang berlebih, akan menyebabkan efek maskulinisasi pada wanita (Price and Lorraine, 2005).
Badan yang bertambah besar dan wajah moon face disebabkan oleh glukoneogenesis yang berlebih dan mobilisasi lemak, sehingga terjadi penumpukan lemak dan terakadang penderita akan mengidap diabetes melitus. Sedangkan otot menjadi lemah  juga karena efek glukokortoid berlebih sehingga terjadi pemecahan protein di otot yang berlebih pula. Akibat dari pemecahan protein berlebih itu juga bisa menimbulkan striae (seperti goresan-goresan berwarna ungu) karena serabut kolagen yang terdapat dalam jaringan sub kutan berkurang sehingga menjadi mudah robek. Amenorhoe dan hirsutisme (pertumbuhan rambut yang abnormal) di dada merupakan efek dari hipersekresi androgen sehingga terjadi perubahan seperti laki-laki pada perempuan. Dengan meningkatnya ACTH, DHEA juga akan meningkat, sehingga akan memeberikan feed back negatif pada Gonadropin Releasing Hormon (GnRH), dengan sedikitnya GnRH, ovarium tidak akan menyintesis hormon-hormon sex, sehingga terjadilah maskulinisasi. Hiperpigmentasi terjadi karena kelebihan MSH (Melanosyt Stimulating Hormon). MSH distimulasi oleh POMC (Proopiomelanokortin) yang dihasilkan ketika ACTH dihasilkan. Dengan begitu, jika ACTH meningkat, POMC juga akan meningkat dan MSH pun meningkat.
Salah satu gejala yang menyimpang dari pasien adalah hipotensi. Padahal seharusnya pasien mengalami hipertensi. Hal tersebut dipengaruhi sekresi aldosteron yang berkaitan dengan pengaturan kadar Natrium. Dengan tingginya aldosteron, maka Na dalam darah juga meningkat sehingga cairan ekstrasel pun meningkat. Untuk menormalkan kondisi seperti itu, tekanan jantung akan meningkat untuk mensekresi air dan garam.
Untuk memeperkuat diagnosis sebelumnya, maka perlu diadakan test lab. Dari pemeriksaan natrium didapatkan kadar Na dalam serum rendah, dan kadar glukosa normal mendekati rendah. Mungkin hasil tersebut berkaitan dengan gejala hipotensi yang ditimbulkan. Test dexamethason dengan dosis rendah tersebut sedang menunggu hasil, sehingga belum bisa dipastikan apakah wanita tersebut benar-benar terkena cushing’s syndrome. Namun, pada pemeriksaan CT Scan double kontras (memakai resolusi tinggi untuk menghasilkan gambar yang jelas) ditemukan tumor di hipofisis. Dengan begitu mungkin bisa menjelaskan perbedaan gejala yang dialami wanita tersebut. Karena tumor tersebut, menyebabkan kerusakan sel kortikotropin (penghasil ACTH) sehingga terjadi sekresi ACTH tak terkendali dan timbullah Cushing’s Syndrome. Setelah ACTH keluar semua, sedangkan sel mengalami hipofungsi, menyebabkan hiposekresi ACTH dan muncul peristiwa yang berkebalikan, hormon adrenal pun menjadi sedikit. Oleh karena itu, gejala yang ditimbulkan menjadi kebalikannya. Dari data-data yang telah didapat, bisa dikatakan wanita tersebut sudah tidak berada pada fase cushing’s syndrome lagi, tetapi sudah mengalami hipofungsi hipofisis.


BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

A.    SIMPULAN
1.      Diagnosis awal belum bisa memastikan penyakit yang diderita, namun harus ditunjang dengan test laboratorium untuk mengakkan diagnosis pasti.
2.      Gejala-gejala yang berkebalikan bisa ditimbulkan dari perubahan fungsi sel yang berkaitan.
3.      Kelainan pada hipofisis menyebabkan sekresi berlebihan ACTH dan hormon adrenal, sedangkan jika kelainan pada adrenal, tidak berpengaruh pada kenaikan ACTH.
4.      Hormon-hormon akan selalu mempengaruhi satu sama lain dengan memberi feed back sehingga gejala yang timbul tidak hanya akibat dari satu hormon saja.

B.     SARAN
1.      Jangan langsung menegakkan diagnosa pasti sebelum dilakukan test-test penunjang.
2.      Dari gejala-gejala yang ada, periksa dahulu gejala utama lalu dikaitkan dengan gejala yang lain.


 DAFTAR PUSTAKA

Dorland, W.A. Newman. 2006. Kamus Kedokteran Dorland-Edisi 29. Jakarta: EGC.
 Guyton, A.C., John E. Hall, 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
 Piliang, Sjafii dan Chairul Bahri. 2007. Hiperkortisolisme. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
 Price, Sylvia A and Lorraine M Wilson. 2005. Patofisologi Volume 2. Jakarta: EGC.

Minggu, 27 Maret 2016

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERSYARAFAN


ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERSYARAFAN

I. ORGANISASI DAN SEL SARAF


A. SISTEM SARAF
Sistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan bersambungan serta terdiri terutama dari jaringan saraf. Dalam mekanisme sistem saraf, lingkungan internal dan stimulus eksternal dipantau dan diatur. Kemampuan khusus seperti iritabilitas, atau sensitivitas terhadap stimulus, dan konduktivitas, atau kemampuan untuk mentransmisi suatu respons terhadap stimulasi, diatur oleh sistem saraf dalam tiga cara utama :
1.Input sensorik. Sistem saraf menerima sensasi atau stimulus melalui reseterletakdi tubuh baik eksternal (reseptor somatic) maupun internal (reseptor viseral).
2. Antivitas integratif. Reseptor mengubah stimulus menjadi impuls lisepanjang saraf sampai ke otak dan medulla spinalis, yang kemudian akan                          menginterprestasikan dan mengintegrasi stimulus, sehingga respon terhadap informasi bisa terjadi.
3. Output motorik. Input dari otak dan medulla spinalis memperoleh respon yang sesuai dari                    otot dan kelenjar tubuh , yang disebut sebagai efektor.

B. ORGANISASI STRUKTURAL SISTEM SARAF
a.       Sistem saraf pusat (SSP).
Terdiri dari otak dan medulla spinalis yang dilindungi tulang kranium dan kanal vertebral.
b.      Sistem saraf perifer .
Meliputi seluruh jaringan saraf lain dalam tubuh. Sistem ini terdiri dari saraf cranial dan saraf spinal yang menghubungkan otak dan medulla spinalis dengan reseptor dan efektor. Secara fungsional sistem saraf perifer terbagi menjadi sistem aferen dan sistem eferen.
a) Saraf aferen (sensorik) mentransmisi informasi dari reseptor sensorik ke SSP
b) Saraf eferen (motorik) mentransmisi informasi dari SSP ke otot dan kelenjar. Sistem eferen dari sistem saraf perifer memiliki dua sub divisi :

            Divisi somatic (volunter) berkaitan dengan perubahan lingkungan eksternal dan pembentukan respons motorik volunteer pada otot rangka.
Divisi otonom (involunter) mengendalikan seluruh respon involunter pada otot polos, otot jantung dan kelenjar dengan cara mentransmisi impuls saraf melalui dua jalur
(a) Saraf simpatis berasal dari area toraks dan lumbal pada medulla spinalis
(b) Saraf parasimpatis berasal dari area otak dan sacral pada medulla spinalis.
(c) Sebagian besar organ internal di bawah kendali otonom memiliki inervasi simpatis dan parasimpatis.

C. SEL-SEL PADA SISTEM SARAF

A. NEURON adalah unit fungsional sistem saraf yang terdiri dari badan sel dan perpanjangan sitoplasma.
a) Badan sel atau perikarion, suatu neuron mengendalikan metabolisme keseluruhan neuron. Bagian ini tersusun dari komponen berikut :
Satu nucleus tunggal, nucleolus yang menanjol dan organel lain seperti konpleks golgi dan mitochondria, tetapi nucleus ini tidak memiliki sentriol dan tidak dapat bereplikasi. Badan nissi, terdiri dari reticulum endoplasma kasar dan ribosom-ribosom bebas serta berperan dalam sintesis protein.
Neurofibril yaitu neurofilamen dan neurotubulus yang dapat dilihat melalui mikroskop
cahaya jika diberi pewarnaan dengan perak.
b) Dendrit adalah perpanjangan sitoplasma yang biasanya berganda dan pendek serta berfungsi untuk menghantar impuls ke sel tubuh.
c) Akson adalah suatu prosesus tunggal, yang lebih tipis dan lebih panjang dari dendrite. Bagian ini menghantar impuls menjauhi badan sel ke neuron lain, ke sel lain (sel otot atau kelenjar) atau ke badan sel neuron yang menjadi asal akson.
B. KLASIFIKASI NEURON
a) Fungsi. Neuron diklasifikasi secara fungsional berdasarkan arah transmisi impulsnya.
1.      Neuron sensorik (aferen) menghantarkan impuls listrik dari reseptor pada kulit, organ indera atau suatu organ internal ke SSP.
2.      Neuron motorik menyampaikan impuls dari SSP ke efektor.
3.       Interneuron (neuron yang berhubungan) ditemukan seluruhnya dalam SSP. Neuron ini menghubungkan neuron sensorik dan motorik atau menyampaikan informasi ke interneuron lain.

b) Struktur. Neuron diklasifikasi secara structural berdasarkan jumlah prosesusnya.
1.      Neuron unipolar memiliki satu akson dan dua denderit atau lebih. Sebagian besar neuron motorik, yang ditemukan dalam otak dan medulla spinalis, masuk dlam golongan ini.
2.      Neuron bipolar memiliki satu akson dan satu dendrite. Neuron ini ditemukan pada organ indera, seperti amta, telinga dan hidung.
3.      Neuron unipolar kelihatannya memiliki sebuah prosesus tunggal, tetapi neuron ini sebenarnya bipolar.

c. Sel Neuroglial. Biasanya disebut glia, sel neuroglial adalah sel penunjang tambahan pada SSP yang berfungsi sebagai jaringan ikat.
a)      Astrosit adalah sel berbentuk bintang yang memiliki sejumlah prosesus panjang, sebagian besar melekat pada dinding kapilar darah melalui pedikel atau “kaki vascular”.
b)      Oligodendrosit menyerupai astrosit, tetapi badan selnya kecil dan jumlah prosesusnya lebih sedikit dan lebih pendek.
c)      Mikroglia ditemukan dekat neuron dan pembuluh darah, dan dipercaya memiliki peran fagositik.
d)     Sel ependimal membentuk membran spitelial yang melapisi rongga serebral dan ronggal medulla spinalis.

d. kelompok Neuron
a)                          Nukleus adalah kumpulan badan sel neuron yang terletak di dalam SSP.
b)                         Ganglion adalah kumpulan badan sel neuron yang terletak di bagian luar SSP dalam saraf perifer.
c)                          Saraf adalah kumpulan prosesus sel saraf (serabut) yang terletak di luar SSP.
d)                         Saraf gabungan. Sebagian besar saraf perifer adalah saraf gabungan ; saraf ini mengandung serabut arefen dan eferen yang termielinisasi dan yang tidak termielinisasi.
e)                          Traktus adalah kumpulan serabut saraf dalam otak atau medulla spinalis yang memiliki origo dan tujuan yang sama.
f)                          Komisura adalah pita serabut saraf yang menghubungkan sisi-sisi yang berlawanan pada otak atau medulla spinalis.
II. SISTEM SARAF PUSAT DAN SISTEM SARAF PERIFER
SISTEM SARAF PUSAT
A. OTAK
Merupakan alat tubuh yang sangat vital karena pusat pengatur untuk seluruh alat tubuh,terletak di dalam rongga tengkorak (Kranium) yang dibungkus oleh selaput otak yang kuat.Otak terdiri dari 3 bagian besar yaitu:
a. Perkembangan otak
Otak manusia mencapai 2% dari keseluruhan berat tubuh, mengkonsumsi 25% oksigen dan menerima 1,5% curah jantung.
Bagian cranial pada tabung saraf membentuk tiga pembesaran (vesikel) yang berdiferensiasi untuk membentuk otak : otak depan, otak tengah dan otak belakang.
1.      Otak depan (proensefalon) terbagi menjadi dua subdivisi : telensefalon dan diensefalon.
 Telensefalon merupakan awal hemisfer serebral atau serebrum dan basal ganglia serta korpus striatum (substansi abu-abu) pada serebrum. Diensefalon menjadi thalamus, hipotalamus dan epitalamus.
2.      Otak tengah (mesensefalon) terus tumbuh dan pada orang dewasa disebut otak tengah.
3.      Otak belakang (rombensefalon) terbagi menjadi dua subdivisi : metensefalon dan mielensefalon. Metensefalon berubah menjadi batang otak (pons) dan serebelum.
 Mielensefalon menjadi medulla oblongata.
Rongga pada tabung saraf tidak berubah dan berkembang menjadi ventrikel otak dan kanal sentral medulla spinalis.
b. Lapisan pelindung otak terdiri dari rangka tulang bagian luar dan tiga lapisan jaringan ikat yang disebut meninges. Lapisan meningeal terdiri dari pia meter, lapisan araknoid dan durameter.
1)      Pia meter adalah lapisan terdalam yang halus dan tipis, serta melekat erat pada otak.
2)      Lapisan araknoid terletak di bagian eksternal pia meter dan mengandung sedikit pembuluh darah. Runga araknoid memisahkan lapisan araknoid dari piameter dan mengandung cairan cerebrospinalis, pembuluh darah serta jaringan penghubung serta selaput yang mempertahankan posisi araknoid terhadap piameter di bawahnya.
3)      Durameter, lapisan terluar adalah lapisan yang tebal dan terdiri dari dua lapisan. Lapisan ini biasanya terus bersambungan tetapi terputus pada beberapa sisi spesifik. Lapisan periosteal luar pada durameter melekat di permukaan dalam kranium dan berperan sebagai periosteum dalam pada tulang tengkorak. Lapisan meningeal dalam pada durameter tertanam sampai ke dalam fisura otak dan terlipat kembali di arahnya untuk membentuk falks serebrum, falks serebelum, tentorium serebelum dan sela diafragma. Ruang subdural memisahkan durameter dari araknoid pada regia cranial dan medulla spinalis. Ruang epidural adalah ruang potensial antara perioteal luar dan lapisan meningeal dalam pada durameter di regia medulla spinalis.

c.       Cairan Serebrospinalis
Cairan serebrospinal yang berada di ruang subarakhnoid merupakan salah satu proteksi untuk melindungi jaringan otak dan medula spinalis terhadap trauma atau gangguan dari luar.
Pada orang dewasa volume intrakranial kurang lebih 1700 ml, volume otak sekitar 1400 ml, volume cairan serebrospinal 52-162 ml (rata-rata 104 ml) dan darah sekitar 150 ml. 80% dari jaringan otak terdiri dari cairan, baik ekstra sel maupun intra sel.
Rata-rata cairan serebrospinal dibentuk sebanyak 0,35 ml/menit atau 500 ml/hari, sedangkan total volume cairan serebrospinal berkisar 75-150 ml dalam sewaktu. Ini merupakan suatu kegiatan dinamis, berupa pembentukan, sirkulasi dan absorpsi. Untuk mempertahankan jumlah cairan serebrospinal tetap dalam sewaktu, maka cairan serebrospinal diganti 4-5 kali dalam sehari. Perubahan dalam cairan serebrospinal dapat merupakan proses dasar patologi suatu kelainan klinik. Pemeriksaan cairan serebrospinal sangat membantu dalam mendiagnosa penyakit-penyakit neurologi. Selain itu juga untuk evaluasi pengobatan dan perjalanan penyakit, serta menentukan prognosa penyakit. Pemeriksaan cairan serebrospinal adalah suatu tindakan yang aman, tidak mahal dan cepat untuk menetapkan diagnosa, mengidentifikasi organism penyebab serta dapat untuk melakukan test sensitivitas antibiotika.
ANATOMI DAN FISIOLOGI CAIRAN SEREBROSPINAL
Dalam membahas cairan serebrospinal ada baiknya diketahui mengenai anatomi yang berhubungan dengan produksi dan sirkulasi cairan serebrospinal, yaitu:
• Sistem Ventrikel
Sistem ventrikel terdiri dari 2 buah ventrikel lateral, ventrikel III dan ventrikel IV. Ventrikel lateral terdapat di bagian dalam serebrum, masing-masing ventrikel terdiri dari 5 bagian yaitu kornu anterior, kornu posterior, kornuinferior, badan dan atrium.
Ventrikel III adalah suatu rongga sempit di garis tengah yang berbentuk corong unilokuler, letaknya di tengah kepala, ditengah korpus kalosum dan bagian korpus unilokuler ventrikel lateral, diatas sela tursica, kelenjar hipofisa dan otak tengah dan diantara hemisfer serebri, thalamus dan dinding hipothalanus. Disebelah anteropeoterior berhubungan dengan ventrikel IV melalui aquaductus sylvii.
Ventrikel IV merupakan suatu rongga berbentuk kompleks, terletak di sebelah ventral serebrum dan dorsal dari pons dan medula oblongata
Meningen dan ruang subarakhnoid
Meningen adalah selaput otak yang merupakan bagian dari susunan saraf yang bersiaft non neural. Meningen terdiri dari jarningan ikat berupa membran yang menyelubungi seluruh permukaan otak, batang otak dan medula spinalis.
Meningen terdiri dari 3 lapisan, yaitu Piamater, arakhnoid dan duramater.
Piameter merupakan selaput tipis yang melekat pada permukaan otak yang mengikuti setiap lekukan-lekukan pada sulkus-sulkus dan fisura-fisura, juga melekat pada permukaan batang otak dan medula spinalis, terus ke kaudal sampai ke ujung medula spinalis setinggi korpus vertebra. Arakhnoid mempunyai banyak trabekula halus yang berhubungan dengan piameter, tetapi tidak mengikuti setiap lekukan otak.
Diantara arakhnoid dan piameter disebut ruang subrakhnoid, yang berisi cairan serebrospinal dan pembuluh-pembuluh darah. Karena arakhnoid tidak mengikuti lekukanlekukan otak, maka di beberapa tempat ruang subarakhnoid melebar yang disebut sisterna. Yang paling besar adalah siterna magna, terletak diantara bagian inferior serebelum danme oblongata. Lainnya adalah sisterna pontis di permukaan ventral pons, sisterna interpedunkularis di permukaan venttralmesensefalon, sisterna siasmatis di depan lamina terminalis. Pada sudut antara serebelum dan lamina quadrigemina terdapat sisterna vena magna serebri. Sisterna ini berhubungan dengan sisterna interpedunkularis melalui sisterna ambiens. Ruang subarakhnoid spinal yang merupakan lanjutan dari sisterna magna dan sisterna pontis merupakan selubung dari medula spinalis sampai setinggi S2. Ruang subarakhnoid dibawah L2 dinamakan sakus atau teka lumbalis, tempat dimana cairan serebrospinal diambil pada waktu pungsi lumbal.
Ruang Epidural
Diantara lapisan luar dura dan tulang tengkorak terdapat jaringan ikat yang mengandung  kapiler-kapiler halus yang mengisi suatu ruangan disebut ruang epidural
Ruang Subdural
Diantara lapisan dalam durameter dan arakhnoid yang mengandung sedikitcairan, mengisi suatu ruang disebut ruang subdural .
Pembentukan, Sirkulasi dan Absorpsi Cairan Serebrospinal (CSS)
Cairan serebrospinal (CSS) dibentuk terutama oleh pleksus khoroideus, dimana sejumlah pembuluh darah kapiler dikelilingi oleh epitel kuboid/kolumner yang menutupi stroma di bagian tengah dan merupakan modifikasi dari sel ependim, yang menonjol ke ventrikel. Pleksus khoroideus membentuk lobul-lobul danmembentuk seperti daun pakis yang ditutupi oleh mikrovili dan silia. Tapi sel epitel kuboid berhubungan satu sama lain dengan tigth junction pada sisi aspeks, dasar sel epitel kuboid terdapat membran basalis dengan ruang stroma diantaranya. Ditengah villus terdapat endotel yang menjorok ke dalam (kapiler fenestrata). Inilah yang disebut sawar darah LCS. Gambaran histologis khusus ini mempunyai karakteristik yaitu epitel untuk transport bahan dengan berat molekul besar dan kapiler fenestrata untuk transport cairan aktif.
Pembentukan CSS melalui 2 tahap, yang pertama terbentuknya ultrafiltrat plasma di luar kapiler oleh karena tekanan hidrostatik dan kemudian ultrafiltrasi diubah menjadi sekresi pada epitel khoroid melalui proses metabolik aktif.
Mekanisme sekresi CSS oleh pleksus khoroideus adalah sebagai berikut: Natrium dipompa/disekresikan secara aktif oleh epitel kuboid pleksus khoroideus sehingga menimbulkan muatan positif di dalam CSS. Hal ini akan menarik ion-ion bermuatan negatif, terutama clorida ke dalam CSS. Akibatnya terjadi kelebihan ion di dalam cairan neuron sehingga meningkatkan tekanan somotik cairan ventrikel sekitar 160 mmHg lebih tinggi dari pada dalam plasma. Kekuatan osmotik ini menyebabkan sejumlah air dan zat terlarut lain bergerak melalui membran khoroideus ke dalam CSS. Bikarbonat terbentuk oleh karbonikabhidrase dan ion hidrogen yang dihasilkan akan mengembalikan pompa Na dengan ion penggantinya yaitu Kalium.
Proses ini disebut Na-K Pump yang terjadi dgnbantuan Na-K-ATP ase, yang berlangsung dalam keseimbangan. Obat yang menghambat proses ini dapat menghambat produksi CSS. Penetrasi obat-obat dan metabolit lain tergantung kelarutannya dalam lemak. Ion campuran seperti glukosa, asam amino, amin danhormon tyroid relatif tidak larut dalam lemak, memasuki CSS secara lambat dengan bantuan sistim transport membran. Juga insulin dan transferin memerlukan reseptor transport media. Fasilitas ini (carrier) bersifat stereospesifik, hanya membawa larutan yang mempunyai susunan
spesifik untuk melewati membran kemudian melepaskannya di CSS. Natrium memasuki CSS dengan dua cara, transport aktif dan difusi pasif. Kalium disekresi ke CSS dgnmekanisme transport aktif, demikian juga keluarnya dari CSS ke jaringan otak. Perpindahan Cairan, Mg dan Phosfor ke CSS dan jaringan otak juga terjadi terutama dengan mekanisme transport aktif, dan konsentrasinya dalam CSS tidak tergantung pada konsentrasinya dalam serum.
Perbedaan difusi menentukan masuknya protein serum ke dalam CSS dan juga pengeluaran CO2. Air dan Na berdifusi secara mudah dari darah ke CSS dan juga pengeluaran CO2. Air dan Na berdifusi secara mudah dari darah ke CSS dan ruang interseluler, demikian juga sebaliknya. Hal ini dapat menjelaskan efek cepat penyuntikan intervena cairan hipotonik dan hipertonik.
Ada 2 kelompok pleksus yang utama menghasilkan CSS: yang pertama dan terbanyak terletak di dasar tiap ventrikel lateral, yang kedua (lebih sedikit) terdapat di atap ventrikel III dan IV. Diperkirakan CSS yang dihasilkan oleh ventrikel lateral sekitar 95%. Rata-rata pembentukan CSS 20 ml/jam. CSS bukan hanya ultrafiltrat dari serum saja tapi pembentukannya dikontrol oleh proses enzimatik.
CSS dari ventrikel lateral melalui foramen interventrikular monroe masuk ke dalam ventrikel III, selanjutnya melalui aquaductus sylvii masuk ke dlam ventrikel IV. Tiga buah lubang dalam ventrikel IV yang terdiri dari 2 foramen ventrikel lateral (foramen luschka) yang berlokasi pada atap resesus lateral ventrikel IV dan foramen ventrikuler medial (foramen magendi) yang berada di bagian tengah atap ventrikel III memungkinkan CSS keluar dari sistem ventrikel masuk ke dalam rongga subarakhnoid. CSS mengisi rongga subarakhnoid sekeliling medula spinalis sampai batas sekitar S2, juga mengisi keliling jaringan otak.
Dari daerah medula spinalis dan dasar otak, CSS mengalir perlahan menuju sisterna basalis, sisterna ambiens, melalui apertura tentorial dan berakhir dipermukaan atas dan samping serebri dimana sebagian besar CSS akan diabsorpsi melalui villi arakhnoid (granula Pacchioni) pada dinding sinus sagitalis superior. Yang mempengaruhi alirannya adalah: metabolisme otak, kekuatan hidrodinamik aliran darah dan perubahan dalam tekanan osmotik darah. CSS akan melewati villi masuk ke dalam aliran adrah vena dalam sinus.
Villi arakhnoid berfungsi sebagai katup yang dapat dilalui CSS dari satu arah, dimana semua unsur pokok dari cairan CSS akan tetap berada di dalam CSS, suatu proses yang dikenal sebagai bulk flow. CSS juga diserap di rongga subrakhnoid yang mengelilingi batang otak dan medula spinalis oleh pembuluh darah yang terdapat pada sarung/selaput saraf kranial dan spinal. Vena-vena dan kapiler pada piameter mampu memindahkan CSS dengan cara difusi melalui dindingnya. Perluasan rongga subarakhnoid ke dalam jaringan sistem saraf melalui perluasaan sekeliling pembuluh darah membawa juga selaput piametr disamping selaput arakhnoid. Sejumlah kecil cairan berdifusi secara bebas antara cairan ekstraselluler dan css dalam rongga perivaskuler dan juga sepanjang permukaan ependim dari ventrikel sehingga metabolit dapat berpindah dari jaringan otak ke dalam rongga subrakhnoid. Pada kedalaman sistem saraf pusat, lapisan pia dan arakhnoid bergabung sehingga rongga perivaskuler tidak melanjutkan diri pada tingkatan kapiler.
Komposisi dan fungsi cairan serebrospinal (CSS)
Cairan serebrospinal dibentuk dari kombinasi filtrasi kapiler dan sekresi aktif dari epitel. CSS hampir meyerupai ultrafiltrat dari plasma darah tapi berisi konsentrasi Na, K, bikarbonat, Cairan, glukosa yang lebih kecil dankonsentrasi Mg dan klorida yang lebih tinggi. Ph CSS lebihrendah dari darah.
CSS mempunyai fungsi:
1.      CSS menyediakan keseimbangan dalam sistem saraf. Unsur-unsur pokok pada CSS berada dalam keseimbangan dengan cairan otak ekstraseluler, jadi mempertahankan lingkungan luar yang konstan terhadap sel-sel dalam sistem saraf.
2.      CSS mengakibatkann otak dikelilingi cairan, mengurangi berat otak dalam tengkorak dan menyediakan bantalan mekanik, melindungi otak dari keadaan/trauma yang mengenai tulang tengkorak
3.      CSS mengalirkan bahan-bahan yang tidak diperlukan dari otak, seperti CO2,laktat, dan ion Hidrogen. Hal ini penting karena otak hanya mempunyai sedikit sistem limfatik. Dan untuk memindahkan produk seperti darah, bakteri, materi purulen dan nekrotik lainnya yang akan diirigasi dan dikeluarkan melalui villi arakhnoid.
4.      Bertindak sebagai saluran untuk transport intraserebral. Hormonhormon dari lobus posterior hipofise, hipothalamus, melatonin dari fineal dapat dikeluarkan ke CSS dan transportasi ke sisi lain melalui intraserebral.
5.      Mempertahankan tekanan intrakranial. Dengan cara pengurangan CSS dengan mengalirkannya ke luar rongga tengkorak, baik dengan mempercepat pengalirannya melalui berbagai foramina, hingga mencapai sinus venosus, atau masuk ke dalam rongga subarachnoid lumbal yang mempunyai
 Serebrum
Serebrum tersusun dari dua hemisfer serebral, yang membentuk bagian terbesar otak.
o Koterks serebral terdiri dari 6 lapisan sel dan serabut saraf.
o Ventrikel I dan II (ventrikel lateral) terletak dalam hemisfer serebral.
o Korpus kolosum yang terdiri dari serabut termielinisasi menyatukan kedua hemisfer.
o Fisura dan sulkus. Setiap hemisfer dibagi oleh fisura dan sulkus menjadi 4 lobus (frontal, paritetal, oksipital dan temporal) yang dinamakan sesuai tempat tulangnya berada.
 Fisura longitudinal membagi serebrum menjadi hemisfer kiri dan kanan.
 Fisura transversal memisahkan hemisfer serebral dari serebelum.
 Sulkus pusat / fisura Rolando memisahkan lobus frontal dari lobus parietal.
 Sulkus lateral / fisura Sylvius memisahkan lobus frontal dan temporal.
 Sulkus parieto-oksipital memisahkan lobus parietal dan oksipital.
o Girus. Permukaan hemisfer serebral memiliki semacam konvolusi yang disebut girus.
e. Area fungsional Korteks Serebri
1.      Area motorik primer pada korteks
Area primer terdapat dalam girus presentral. Disini neuron mengendalikan kontraksi volunteer otot rangka. Area pramotorik korteks terletak tepat di sisi anterior girus presentral. Neuron mengendalikan aktivitas motorik yang terlatih dan berulang seperti mengetik.
Area broca terletak di sisi anterior area premotorik pada tepi bawahnya.
2.       Area sensorik korteks
Terdiri dari area sensorik primer, area visual primer, area auditori primer. Area olfaktori primer dan area pengecap primer (gustatory).
3.      Area asosiasitraktus serebral
Terdiri area asosiasi frontal, area asosiasi somatic, area asosiasi visual, area wicara Wernicke.
4.      Ganglia basal
Adalah kepulauan substansi abu-abu yang terletak jauh di dalam substansi putih serebrum.
Korteks Serebri
Otak Besar atau Korteks berdasarkan fungsinya para ahli membagi menjadi 4 (empat) bagian yang disebut Lobus (lobe) masing-masing adalah :
1.      Lobus Frontal, pusat fungsi intelektual yang lebih tinggi, seperti kemampuan berpikir abstrak dan nalar, motorik bicara (areabroca di hemisfer kiri), pusat penghirup. Pusat pengontrolan gerakan volunter di gyrus presentralis (area motorik primer). Didalamnya terdapat area asosiasi motorik (area premotor)
2.      Lobus Parietal, pusat kesadaran sensorik di gyrus postsentralis(area sensorik primer) terdapat area asosiasi sensorik.
3.      Lobus Oksipital, merupakan lobus terkecil sebagai pusat penglihatan dan area asosiasi penglihatan. Berfungsi juga menginterpretasi dan memproses rangsang penglihatan dari nervus optikus dan mengasosiasikan rangsang ini dengan informasi saraf lain dan memori.
4.      Lobus Temporal, Sebagai pusat pendengaran dan berperan dalam pembentukan dan perkembangan emosi.
Selain dibagi dalam lobus dapat dibagi juga berdasarkan fungsu dan banyaknya area.
Campbel membagi bentuk korteks serebri menjadi 20 area. Secara umum korteks serebri dibagi menjadi empat bagian :
1.      Korteks sensori. Pusat bagian sensasi umum primer suatu hemisfer serebri yang mengurus bagian badan, luas daerah korteks yang menangani suatu alat atau bagian tubuh bergantung pada fungsi alat yang bersangkutan. Di samping itu juga korteks sensori bagian fisura lateralis menangani bagian tubuh bilateral lebih dominan.
2.      Korteks asosiasi. Tiap indra manusia, korteks asosiasi sendiri merupajan kemampuan otak manusia dalam bidang intelektual, ingatan, berfikir, rangsangan yang diterima diolah dan disimpan serta dihubungkan dengan daya yang lain. Bagian anterior lous temporalis mempunyai hubungan dengan fungsi luhur dan disebut psikokorteks.
3.      korteks motoris menerima impuls dari korteks sensoris, fungsi utamanya adalah kontribusi pada traktur piramidalis yang mengatur bagian tubuh kontralateral.
4.      Korteks pre-frontal terletak pada lobus frontalis berhubungan dengan sikap mental dan kepribadian.
f. Diensefalon
Terletak di antara serebrum dan otak tengah serta tersembunyi di balik hemisfer serebral, kecuali pada sisi basal. Yang terdiri dari :
TALAMUS
Terdiri dari dua massa oval (lebar 1 ¼ cm dan panjang 3 ¾ cm) substansi abu-abu yang sebagian tertutup substansi putih. Masing-masing massa menonjol ke luar untuk membentuk sisi dinding ventrikel ketiga.

HIPOTALAMUS
Terletak di didi inferior thalamus dan membentuk dasar serta bagian bawah sisi dinding ventrikel ketiga.
Hipotalamus berperan penting dalam pengendalian aktivitas SSO yang melakukan fungsi vegetatif penting untuk kehidupan, seperti pengaturan frekwensi jantung, tekanan darah, suhu tubuh, keseimbangan air, selera makan, saluran pencernaan dan aktivitas seksual.
Hipotalamus juga berperan sebagai pusat otak untuk emosi seperti kesenangan, nyeri, kegembiraan dan kemarahan. Hipotalamus memproduksi hormon yang mengatur pelepasan atau inhibisi hormon kelenjar hipofise sehingga mempengaruhi keseluruhan sistem endokrin.
EPITALAMUS
Membentuk langit-langit tipis ventrikel ketiga. Suatu massa berukuran kecil, badan pineal yang mungkin memiliki fungsi endokrin, menjulur dari ujung posterior epitalamus.

g. Sistim Limbik
Terdiri dari sekelompok struktur dalam serebrum dan diensefalon yang terlibat dalam aktivitas emosional dan terutama aktivitas perilaku tak sadar.
Girus singulum, girus hipokampus dan lobus pitiformis merupakan bagian sistem limbic dalam korteks serebral.

h. Otak tengah
Merupakan bagian otak pendek dan terkontriksi yang menghubungkan pons dan serebelum dengan serebrum dan berfungsi sebagai jalur penghantar dan pusat refleks. Otak tengah, pons dan medulla oblongata disebut sebagai batang otak.

i. Pons
Hampir semuanya terdiri dari substansi putih. Pons menghubungkan medulla yang panjang dengan berbagai bagian otak melalui pedunkulus serebral. Pusat respirasi terletak dalam pons dan mengatur frekwensi dan kedalaman pernapasan. Nuclei saraf cranial V, VI dan VII terletak dalam pons, yang juga menerima informasi dari saraf cranial VIII.

j. Serebelum
Terletak di sisi inferior pons dan merupakan bagian terbesar kedua otak. Terdiri dari bagian sentral terkontriksi, vermis dan dua massa lateral, hemisfer serebelar.
Serebelum bertanggung jawab untuk mengkoordinasi dan mengendalikan ketepatan gerakan otot dengan baik. Bagian ini memastikan bahwa gerakan yang dicetuskan di suatu tempat di SSP berlangsung dengan halus bukannya mendadak dan tidak terkordinasi. Serebelum juga berfungsi untuk mempertahankan postur.

k. Medulla Oblongata
Panjangnya sekitar 2,5 cm dan menjulur dari pons sampai medulla spinalis dan terus memanjang. Bagian ini berakhir pada area foramen magnum tengkoral.
Pusat medulla adalah nuclei yang berperan dalam pengendalian fungsi seperti frekwensi jantung, tekanan darah, pernapasan, batuk, menelan dan muntah. Nuclei yang merupakan asal saraf cranial IX, X, XI dan XII terletak di dalam medulla.

l. Formasi retikular
Formasi retukular atau sistem aktivasi reticular adalah jarring-jaring serabut saraf dan badan sel yang tersebar di keseluruhan bagian medulla oblongata,pons dan otak tengah. Sistem ini penting untuk memicu dan mempertahankan kewaspadaan serta kesadaran.

B. MEDULLA SPINALIS


a. FUNGSI MEDULLA SPINALIS
Medulla spinalis mengendalikan berbagai aktivitas refleks dalam tubuh. Bagian ini mentransmisi impuls ke dan dari otak melalui traktus asenden dan desenden.

b. STRUKTUR UMUM
Medulla spinalis berbentuk silinder berongga dan agak pipih. Walaupun diameter medulla spinalis bervariasi, diameter struktur ini biasanya sekitar ukuran jari kelingking. Panjang rata-rata 42 cm. Dua pembesaran, pembesaran lumbal dan serviks menandai sisi keluar saraf spinal besar yang mensuplai lengan dan tungkai.
Tiga puluh satu pasang (31) saraf spinal keluar dari area urutan korda melalui foramina intervertebral.

c. STRUKTUR INTERNAL
Terdiri dari sebuah inti substansi abu-abu yang diselubungi substansi putih. Kanal sentral berukuran kecil dikelilingi oleh substansi abu-abu bentuknya seperti huruf H.
Batang atas dan bawah huruf H disebut tanduk atau kolumna dan mengandung badan sel, dendrite asosiasi dan neuron eferen serta akson tidak termielinisasi. Tanduk dorsal adalah batang vertical atas substansi abu-abu. Tanduk ventral adalah batang vertical bawah. Tanduk lateral adalah protrusi di antara tanduk posterior dan anterior pada area toraks dan lumbal sistem saraf perifer. Komisura abu-abu menghubungkan substansi abu-abu di sisi kiri dan kanan medulla spinalis.
Setiap saraf spinal memiliki satu radiks dorsal dan satu radiks ventral.

d. TRAKTUS SPINAL
Substansi putih korda yang terdiri dari akson termielinisasi, dibagi menjadi funikulus anterior,posterior dan lateral. Dalam funikulus terdapat fasiukulu atau traktus. Traktus diberi nama sesuai dengan lokasi, asal dan tujuannya.
SISTEM SARAF TEPI (Perifer)
Sistem saraf perifer meliputi seluruh jaringan saraf lain dalam tubuh. Sistem ini terdiri dari saraf cranial dan saraf spinal yang menghubungkan otak dan medulla spinalis dengan reseptor dan efektor.

a. SARAF KRANIAL
12 pasang saraf cranial muncul dari berbagai bagian batang otak. Beberapa saraf cranial hanya tersusun dari serabut sensorik, tetapi sebagaian besar tersusun dari serabut sensorik dan serabut motorik.

SARAF OLFAKTORIUS ( CN I )
Merupakan saraf sensorik. Saraf ini berasal dari epithelium olfaktori mukosa nasal. Berkas serabut sensorik mengarah ke bulbus olfaktori dan menjalar melalui traktus olfaktori sampai ke ujung lobus temporal (girus olfaktori), tempat persepsi indera penciuman berada.
SARAF OPTIK ( CN II )
Merupakan saraf sensorik. Impuls dari batang dan kerucut retina di bawa ke badan sel akson
yang membentuk saraf optic. Setiap saraf optic keluar dari bola mata pada bintik buta dan masuk ke rongga cranial melaui foramen optic.
Seluruh serabut memanjang saat traktus optic, bersinapsis pada sisi lateral nuclei genikulasi thalamus dan menonjol ke atas sampai ke area visual lobus oksipital untuk persepsi indera penglihatan.
SARAF OKULOMOTORIUS ( CN III )
Merupakan saraf gabungan, tetapi sebagian besar terdiri dari saraf motorik.
Neuron motorik berasal dari otak tengah dan membawa impuls ke seluruh otot bola mata (kecuali otot oblik superior dan rektus lateral), ke otot yang membuka kelopak mata dan ke otot polos tertentu pada mata.
Serabut sensorik membawa informasi indera otot (kesadaran perioperatif) dari otot mata yang terinervasi ke otak.
SARAF TRAKLEAR ( CN IV )
Adalah saraf gabungan , tetapi sebagian besar terdiri dari saraf motorik dan merupakan saraf terkecil dalam saraf cranial.
Neuron motorik berasal dari langit-langit otak tengah dan membawa impuls ke otot oblik superior bola mata.
Serabut sensorik dari spindle otot menyampaikan informasi indera otot dari otot oblik superior ke otak.
SARAF TRIGEMINAL ( CN V )
Saraf cranial terbesar, merupakan saraf gabungan tetapi sebagian besar terdiri dari saraf sensorik. Bagian ini membentuk saraf sensorik utama pada wajah dan rongga nasal serta rongga oral.
Neuron motorik berasal dari pons dan menginervasi otot mastikasi kecuali otot buksinator.
Badan sel neuron sensorik terletak dalam ganglia trigeminal. Serabut ini bercabang ke arah distal menjadi 3 divisi :
o Cabang optalmik membawa informasi dari kelopak mata, bola mata, kelenjar air mata, sisi hidung, rongga nasal dan kulit dahi serta kepala.
o Cabang maksilar membawa informasi dari kulit wajah, rongga oral (gigi atas, gusi dan bibir) dan palatum.
o Cabang mandibular membawa informasi dari gigi bawah, gusi, bibir, kulit rahang dan area temporal kulit kepala.
SARAF ABDUSEN ( CN VI )
Merupakan saraf gabungan, tetapi sebagian besar terdiri dari saraf motorik.
Neuron motorik berasal dari sebuah nucleus pada pons yang menginervasi otot rektus lateral mata.
Serabut sensorik membawa pesan proprioseptif dari otot rektus lateral ke pons.
SARAF FASIAL ( CN VII )
Merupakan saraf gabungan. Meuron motorik terletak dalam nuclei pons. Neuron ini menginervasi otot ekspresi wajah, termasuk kelenjar air mata dan kelenjar saliva.
Neuron sensorik membawa informasi dari reseptor pengecap pada dua pertiga bagian anterior lidah.
SARAF VESTIBULOKOKLEARIS ( CN VIII )
Hanya terdiri dari saraf sensorik dan memiliki dua divisi.
Cabang koklear atau auditori menyampaikan informasi dari reseptor untuk indera pendengaran dalam organ korti telinga dalam ke nuclei koklear pada medulla, ke kolikuli inferior, ke bagian medial nuclei genikulasi pada thalamus dan kemudian ke area auditori pada lobus temporal.
Cabang vestibular membawa informasi yang berkaitan dengan ekuilibrium dan orientasi kepala terhadap ruang yang diterima dari reseptor sensorik pada telinga dalam.
SARAF GLOSOFARINGEAL ( CN IX )
Merupakan saraf gabungan. Neuron motorik berawal dari medulla dan menginervasi otot untuk wicara dan menelan serta kelenjar saliva parotid.
Neuron sensorik membawa informasi yang berkaitan dengan rasa dari sepertiga bagian posterior lidah dan sensasi umum dari faring dan laring ; neuron ini juga membawa informasi mengenai tekanan darah dari reseptor sensorik dalam pembuluh darah tertentu.
SARAF VAGUS ( CN X )
Merupakan saraf gabungan. Neuron motorik berasal dari dalam medulla dan menginervasi hampir semua organ toraks dan abdomen.
Neuron sensorik membawa informasi dari faring, laring, trakea, esophagus, jantung dan visera abdomen ke medulla dan pons.
SARAF AKSESORI SPINAL ( CN XI )
Merupakan saraf gabungan, tetapi sebagian besar terdiri dari serabut motorik.
Neuron motorik berasal dari dua area : bagian cranial berawal dari medulla dan menginervasi otot volunteer faring dan laring, bagian spinal muncul dari medulla spinalis serviks dan menginervasi otot trapezius dan sternokleidomastoideus.
Neuron sensorik membawa informasi dari otot yang sama yang terinervasi oleh saraf motorik ; misalnya otot laring, faring, trapezius dan otot sternokleidomastoid.
SARAF HIPOGLOSAL ( CN XII )
Termasuk saraf gabungan, tetapi sebagian besar terdiri dari saraf motorik.
Neuron motorik berawal dari medulla dan mensuplai otot lidah.
Neuron sensorik membawa informasi dari spindel otot di lidah.

b. SARAF SPINAL
31 pasang saraf spinal berawal dari korda melalui rasiks dorsal (posterior) dan ventral (anterior). Pada bagian distal radiks dorsal ganglion, dua radiks bergabung membentuk satu saraf spinal. Semua saraf tersebut adalah saraf gabungan (motorik dan sensorik), membawa informasi ke korda melalui neuron aferen dan meninggalkan korda melalui neuron eferen.
Saraf spinal diberi nama dan angka sesuai dengan regia kolumna bertebra tempat munculnya saraf tersebut.
o Saraf serviks ; 8 pasang, C1 – C8.
o Saraf toraks ; 12 pasang, T1 – T12.
o Saraf lumbal ; 5 pasang, L1 – L5.
o Saraf sacral ; 5 pasang, S1 – S5.
o Saraf koksigis, 1 pasang.
Setelah saraf spinal meninggalkan korda melalui foramen intervertebral, saraf kemudian bercabang menjadi empat divisi yaitu : cabang meningeal, ramus dorsal, cabang ventral dan cabang viseral.
Pleksus adalah jarring-jaring serabut saraf yang terbentuk dari ramus ventral seluruh saraf spinal, kecuali TI dan TII yang merupakan awal saraf interkostal.

Secara fungsional sistem saraf perifer terbagi menjadi sistem aferen dan sistem eferen.
a) Saraf aferen (sensorik) mentransmisi informasi dari reseptor sensorik ke SSP
b) Saraf eferen (motorik) mentransmisi informasi dari SSP ke otot dan kelenjar.
 Sistem eferen dari sistem saraf perifer memiliki dua sub divisi :
1. Divisi somatic (volunter) berkaitan dengan perubahan lingkungan eksternal dan pembentukan respons motorik volunteer pada otot rangka.
 2.Divisi otonom (involunter) mengendalikan seluruh respon involunter pada otot polos, otot jantung dan kelenjar dengan cara mentransmisi impuls saraf melalui dua jalur
(a) Saraf simpatis berasal dari area toraks dan lumbal pada medulla spinalis
(b) Saraf parasimpatis berasal dari area otak dan sacral pada medulla spinalis.
(c) Sebagian besar organ internal di bawah kendali otonom memiliki inervasi simpatis dan parasimpatis.
Sistem saraf tepi terdiri dari :
-12 pasang saraf serabut otak ( saraf cranial ) yang terdiri dari 3 pasang saraf sensorik, 5 pasang saraf motorik dan 4 pasang saraf gabungan.
-31 pasang saraf sumsum tulang belakang ( saraf spinal ) yang terdiri dari 8 pasang saraf leher,12 pasang saraf punggung,5 pasang saraf pinggang, 5 pasang saraf pinggul dan 1 pasang saraf ekor.
Otak dan sumsum tulang belakang berkomunikasi dengan seluruh bagian tubuh melalui cranial nerves (saraf-saraf kepala) dan spinal nerves (saraf-saraf tulang belakang). Sarafsaraf
tersebut adalah bagian dari sistem saraf perifer yang membawa informasi sensoris ke sistem saraf pusat dan membawa pesan-pesan dari sistem saraf pusat ke otot-otot dan kelenjar-kelenjar di seluruh tubuh atau disebut juga dengan sistem saraf somatik (somatic nervous system).. Selain dari keduamacam saraf perifer yang termasuk sistem saraf somatic di atas, juga terdiri darisistem saraf autonomik (autonomic nervous system). Ketiganya akan kita bicarakan lebih lanjut di bawah ini.
A. SISTEMSARAF SOMATIK(SOMATIC NERVOUS SYSTEM)
Saraf-saraf Tulang Belakang (Spinal Nerves)
Saraf tulang belakang yang merupakan bagian dari sistem saraf somatik; dimulai dari ujung saraf dorsal dan ventral dari sumsum tulang belakang (bagian di luar sumsum tulang belakang). Saraf-saraftersebut mengarah keluar rongga dan bercabang-cabang di sepanjang perjalanannya menuju otot atau reseptor sensoris yang hendak dicapainya. Cabang-cabang saraf tulang belakang ini umumnya disertai oleh pembuluh-pembuluh darah, terutama cabang-cabang yang menuju otot-otot kepala (skeletal muscles)
Mekanisme input (masuknyainformasi-informasi sensoris ke sumsum tulang belakang) dan output dari proses tersebut yang menghasilkan informasi-informasi motorik dapat
dijelaskan sebagai berikut :
Soma sel dari axon-axon saraf tulang belakang yang membawa informasi sensoris ke otak dan sumsum tulang belakang terletak di luar sistem saraf pusat (kecuali untuk system visual karena retina mata adalah bagian dari otak). Axon-axon yang datang membawa informasi sensoris ke susunan saraf pusat ini adalah saraf-saraf afferent. Soma-soma sel dari axon yang membawa informasi sensoris tersebut berkumpul di dorsal root ganglia. Neuron-neuron ini merupakan neuron-neuron unipolar. Batang axon yang bercabang di dekat soma sel, mengirim informasi ke sumsum tulang belakang dan ke organ-organ sensoris. Semua axon di dorsal root menyampaikan informasi sensorimotorik.
B. SISTEM SARAF AUTONOM (AUTONOMIC NERVOUS SYSTEM)
Autonomic Nervous System (sistem saraf autonom) mengatur fungsi otot-otot halus, otot jantung, dan kelenjar-kelenjar tubuh (autonom berarti mengatur diri sendiri). Otot-otot halus terdapat di bagian kulit (berkaitan dengan folikel-folikel rambut di tubuh, di pembuluh-pembuluh darah, di mata (mengaturukuran pupil dan akomodasi lensa mata), di dinding serta jonjot usus, di kantung empedu dan di kandung kemih. Jadi dapat disimpulkan bahwa organ-organ yang dikontrol oleh sistem saraf autonom memiliki fungsi untuk melangsungkan "proses vegetatif' (proses mandiri dan paling dasar) di dalam tubuh.
SISTEM SYARAF OTONOM
Sistem syaraf otonom merupakan bagian sistem syaraf yang mengatur fungsi fisceral tubuh. Sistem ini mengatur tekanan arteri, motilitas dan sekresi gastrointestinal, pengosongan kandung kemih, berkeringat, suhu tubuh dan aktivitas lain .

Pleksus
Beberapa syaraf post ganglionik terdistribusi seperti kabel yang bercabang-cabang berjalan sepanjang pembuluh darah di thorak, abdomen dan rongga pelvis disebut dengan pleksus otonom.

Pleksus Otonom:
• Pleksus kardiak
• Pleksus Pulmonal
• Pleksus celiak/Solar/Abdomen
• Pleksus hipogastrik
• Pleksus enteric

SYARAF SIMPATIS (TORAKOLUMBAL, ADRENERJIK)

Syaraf bermyelin yang keluar dari syaraf spinal torakal 1 sampai dengan lumbal 2atau 3.
Neuron neuron preganglionik dan post ganglilonik simpatis .Setiap jaras simpatis dari medulla. jaringan yang terangsang terdiri atas dua neuron yakni neuron preganglionik dan neuron postganglionik

SYARAF PARASIMPATIS (KRANIOSAKRAL, KOLINERJIK)
Serat-serat syaraf parasimpatis meninggalkan sistem syaraf pusat melalui syaraf cranial III,VII,IX,X, Syaraf sakral spinal ke 2 dan ke 3 dan kadangkala syaraf sakral 1 dan 4 . Sejumlah 75% dai seluruh serat syaraf parasimpatis terdapat dalam nervus Kranial X.

SIFAT-SIFAT DASAR FUNGSI SIMPATIS DAN PARASIMPATIS
Serat simpatis dan parasimpatis mensekresi salah satu dari neurotarnsmitter asetilkolin atau norepinefrin. Serat yang mensekresi asetilkolin disebut serat kolinerjik, Serat yang mensekresi norepinefrin disebut serat adrenergik (dari adrenalin=epinefrin). Semua neuron preganglionik simpatis dan parasimpatis bersifat kolinerjik. Hampr semua neuron post ganglionik parasimpatis bersifat kolinergik dan Hampir semua neuron post ganglionik simpatis bersifat adrenerjik. Karena itu asetilkolin disebut transmitter parasimpatis dan norepinefrin disebut transmitter simpatis.

PUSAT KONTROL SISTEM SYARAF OTONOM DI SSP
1.      Batang otak dan medula spinalis
2.       Hipotalamus
3.      Korteks serebri dan sistem limbik
4.      Refleks visceral
Respon tanda bahaya atau respon stress dari sistem syaraf simpatis
Bila syaraf simpatis melepaskan impuls pada saat yang bersamaan maka terjadi:
1.      Peningkatan tekanan arteri
2.      Peningkatan aliran darah untuk mengaktifkan otot-otot dan menurunkan aliran ke organ yang tidak diperlukan seperti Traktus gastrointestinal (menyebabkan aktivitas motorik yang cepat)
3.      Peningkatan kecepatan metabolisme sel di seluruh tubuh
4.      Peningkatan konsentrasi glukosadarah
5.      Peningkatan proses glikolisis di hati dan otot
6.      Peningkatan kekuatan otot
7.      Peningkatan aktivitas mental
8.      Peningkatan kecepatan koagulasidarah
 METABOLISME OTAK
Seperti jaringan lain, otak memerlukan O2 dan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan metabolismenya. Namun demikian, terdapat keunikan metabolisme otak yang perlu diperhatikan.
Kecepatan metabolisme otak total dan kecepatan metabolisme neuron. Dalam keadaan istirahat (sadar), metabolisme otak kira-kira mencapai 15 % dari seluruh metabolisme dalam tubuh walaupun massa otak hanya 2 % dari massa tubuh total. Oleh karena itu, metabolisme otak per unit massa jaringan kira-kira 7,5 kali metabolisme rata-rata jaringan selain sistem saraf dalam keadaan istirahat. Sebagian besar kelebihan metabolisme otak terjadi di neuron bukan di jaringan penyangga glia. Kebutuhan utama untuk berlangsungnya metabolisme di neuron adalah pemompaan ion melalui membran neuron terutama untuk mengangkut Na+ dan Ca2+ ke bagian luar membran neuron dan K+ ke bagian dalam. Setiap kali neuron menghantarkan potensial aksi, ion-ion ini bergerak melalui membran yang meningkatkan kebutuhan transpor membran untuk memulihkan konsentrasi ion yang sesuai. Oleh karena itu, metabolisme neuron dapat meningkat sebesar 100-150 % ketika aktivitas otak berlebih.
Kebutuhan khusus otak terhadap O2. Kebanyakan jaringan tubuh dapat “hidup” tanpa O2 selama beberapa menit dan sebagian jaringan lain sampai 30 menit. Selama waktu itu, jaringan sel memperoleh energinya melalui proses metabolisme anaerob yang berarti pelepasan energi dari pemecahan sebagian glukosa dan glikogen tanpa adanya penggabungan zat-zat tersebut dengan O2. Pengiriman energi ini hanya terjadi pada pemakaian sejumlah besar glukosa dan glikogen. Akan tetapi, hal ini dapat menjaga agar jaringan tetap hidup.
Otak tidak mampu melangsungkan metabolisme anaerob selama itu. Salah satu alasan untuk hal tersebut adalah tingginya kecepatan metabolisme neuron sehingga sebagian besar aktivitas neuron bergantung pada pengiriman O2 detik demi detik dari darah. Dengan merangkum faktor ini bersama-sama, kita dapat mengerti mengapa penghentian aliran darah ke otak atau kehilangan O2 yang tiba-tiba dalam darah dapat menyebabkan hilangnya kesadaran dalam waktu 5-10 detik.
Dalam kondisi normal, sebagian besar energi otak disuplai oleh glukosa. Dalam kondisi normal, hampir seluruh energi yang digunakan oleh sel otak disuplai oleh glukosa yang berasal dari darah. Seperti O2, sebagian besar glukosa berasal dari darah kapiler menit demi menit dan detik demi detik dengna jumlah total hanya sekitar dua menit suplai glukosa yang normalnya disimpan sebagai glikogen dalam neuron di setiap saat.
Ciri khas pengiriman glukosa ke neuron adalah bahwa transpornya ke dalam neuron melalui membran tidak bergantung pada insulin meskipun insulin dibutuhkan untuk pengangkutan glukosa ke dalam sebagian besar sel tubuh lainnya. Oleh karena itu, pada pasien yang menderita diabetes berat oleh sekresi insulin yang mencapai nol, glukosa masih berdifusi dengan mudah ke dalam neuron yang sangat bermanfaat untuk mencegah hilangnya fungsi mental pada pasien diabetes. Akan tetapi, bila pasien diabetes diberi insulin secara berlebihan, konsentrasi glukosa darah dapat menjadi sangat rendah karena kelebihan insulin menyebabkan hampir seluruh glukosa dalam darah ditranspor dengan cepat ke dalam sejumlah besar sel selain saraf yang sensitif insulin ke seluruh tubuh, khususnya ke dalam sel otot dan sel hati. Bila hal ini terjadi, glukosa yang tersisa dalam darah tidak cukup untuk menyuplai neuron dengan baik dan fungsi mental kemudian menjadi sangat terganggu, kadang-kadang sampai menyebabkan koma dan bahkan lebih sering menimbulkan ketidakseimbangan mental serta gangguan psikotik—semua gangguan tersebut disebabkan oleh terapi yang berlebihan dengan insulin.
DAFTAR PUSTAKA
·         Wade, Carole dan Carol Tavris. 2007. Psikologi Edisi Ke-9 Jilid 1. Jakarta : Erlangga
·         Pratiwi, D.A., dkk., 2007. Biologi SMA Jilid 2 untuk Kelas XI. Jakarta: Penerbit Erlangga.
·         Pinel, John P.J. 2009. Biopsikologi Edisi Ke-7. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
·         Guyton, N Hall.2001.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
·         Scanlon, Valarie C. 2006. Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
·         Pearce, Evelyn C. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT. Gramedia